Blangkon jogja
blangkon juga memiliki filosofi tersendiri. Konon, blangkon gaya Yogyakarta yang mempunyai mondholan
dilatarbelakangi oleh kebiasaan pemuda Yogya yang memelihara rambut
panjang dan diikat ke atas atau digelung. Dari gelungan yang dibungkus
dan diikat itulah kemudian berkembang menjadi blangkon. Selain itu mondholan mempunyai makna kebulatan tekad seorang pria dalam melaksanakan kewajibannya.
Filosofi blangkon gaya ini adalah, masyarakat Jawa pandai menyimpan
rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri. Dalam
bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kehati-hatian, sebagai
bukti keluhuran budi pekerti orang Jawa. Blangkon gaya Yogyakarta juga
menyimpan makna jika orang Jawa senantiasa berpikir untuk berbuat yang
terbaik demi sesama, meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Adapun wiron atau wiru yang berjumlah 17 lipatan melambangkan jumlah rakaat sholat dalam satu hari.
Blangkon solo
Sementara itu, pada blangkon gaya Surakarta yang mondholannya
berbentuk gepeng, memiliki makna bahwa untuk menyatukan satu tujuan
dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus
melekat erat.
Blangkon juga menjadi simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos) dengan jagad gedhe (makrokosmos). Jagad gedhe dan jagad cilik terkait dengan tugas manusia
sebagai khalifah di muka bumi yang membutuhkan kekuatan Tuhan. Blangkon
menjadi lambang kekuatan manusia dalam melakukan kewajibannya di muka
bumi atas kehendak Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar