Jumat, 18 Maret 2016

Filosofi blangkon jogja-solo

Blangkon jogja

blangkon juga memiliki filosofi tersendiri. Konon, blangkon gaya Yogyakarta yang mempunyai mondholan dilatarbelakangi oleh kebiasaan pemuda Yogya yang memelihara rambut panjang dan diikat ke atas atau digelung. Dari gelungan yang dibungkus dan diikat itulah kemudian berkembang menjadi blangkon. Selain itu mondholan mempunyai makna kebulatan tekad seorang pria dalam melaksanakan kewajibannya.
 Filosofi blangkon gaya ini adalah, masyarakat Jawa pandai menyimpan rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri. Dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kehati-hatian, sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang Jawa. Blangkon gaya Yogyakarta juga menyimpan makna jika orang Jawa senantiasa berpikir untuk berbuat yang terbaik demi sesama, meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Adapun wiron atau wiru yang berjumlah 17 lipatan melambangkan jumlah rakaat sholat dalam satu hari.

Blangkon solo

Sementara itu, pada blangkon gaya Surakarta yang mondholannya berbentuk gepeng, memiliki makna bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat.
Blangkon juga menjadi simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos) dengan jagad gedhe (makrokosmos). Jagad gedhe dan jagad cilik terkait dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang membutuhkan kekuatan Tuhan. Blangkon menjadi lambang kekuatan manusia dalam melakukan kewajibannya di muka bumi atas kehendak Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar